ARTIKEL SEMINAR SINEMATOGRAFI
CERITA DALAM VISUAL SEMINAR SINEMATOGRAFI
Sinematografi sangat dekat dengan film dalam pengertian sebagai media penyimpan maupun sebagai genre seni. Film sebagai media penyimpan adalah pias (lembaran kecil) selluloid yakni sejenis bahan plastik tipis yang dilapisi zat peka cahaya. Benda inilah yang selalu digunakan sebagai media penyimpan di awal pertumbuhan sinematografi. Film sebagai genre seni adalah produk sinematografi.
*source: https://id.wikipedia.org/wiki/Sinematografi
Hallo! Assalamualaikum^^
Sebelum nya saya ingin menjelaskan beberapa hal sedikit sebelum masuk ke tujuan dari artikel ini, nama saya Diana Alvisa jurusan Teknik Sipil’16 Universitas Gunadarma. Dan ini merupakan tugas ke-3 saya dalam Mata Kuliah Etika Profesi & Komunikasi. Saya akan menceritakan tentang seminar yang saya ikuti dibulan kemarin. Maka dari itu saya minta maaf jika ada kata kata yang kurang berkenan atau kurang baik. Silahkan dibaca :)
Sebelum nya saya ingin menjelaskan beberapa hal sedikit sebelum masuk ke tujuan dari artikel ini, nama saya Diana Alvisa jurusan Teknik Sipil’16 Universitas Gunadarma. Dan ini merupakan tugas ke-3 saya dalam Mata Kuliah Etika Profesi & Komunikasi. Saya akan menceritakan tentang seminar yang saya ikuti dibulan kemarin. Maka dari itu saya minta maaf jika ada kata kata yang kurang berkenan atau kurang baik. Silahkan dibaca :)
Bismillahirrohmanirrohim.
Pada Tanggal 16 April, Minggu, 2017 lalu, saya dan beberapa
teman saya berniat untuk menghadiri sebuah seminar yang diadakan Universitas
Mercu Buana di Jakarta. Seminar tersebut bertemakan tentang fotografi yang
berjudul “Sinematografi” Seminar tersebut juga di hadiri Jujur Prananto
(Screenwriter AADC 1 & Petualangan Sherina) dan pembicara oleh Benny
Kadarhariarto (D.O.P & Admin DSLR Cinematography Indonesia). Sebenernya
saya telat datang ke acara nya karena ada beberapa kendala hehe (tau lah anak
mahasiswa kalo berangkat pagi suka ada mager nya :(
kalo ga kita udah semangat, tapi ada aja temen yang telat) jadi saya kurang tau
materi dari awal yang di jelasin, karna saya masuk 30 menit setelah acara di mulai
hehee.. yang kaya gini nih ga pantes di contoh. Oke kita langsung aja yuk ke materinya.
Suasana Seminar di dalam Aula Rektorat Univ. Mercu Buana Peserta nya pun terdiri dari beberapa universitas lain karena seminar ini terbuka untuk umum |
Sebelumnya disini udah ada yang tau
apa itu sinematografi? Sinematografi adalah kata serapan dari
bahasa Inggris Cinematography yang berasal dari bahasa Latin kinema 'gambar'. Sinematografi
sebagai ilmu terapan merupakan bidang ilmu yang membahas tentang teknik
menangkap gambar dan menggabung-gabungkan gambar tersebut sehingga menjadi rangkaian
gambar yang dapat menyampaikan ide (dapat mengemban cerita). Sinematografi memiliki objek yang sama dengan fotografi yakni menangkap
pantulan cahaya yang mengenai benda. Karena objeknya sama maka peralatannyapun
mirip. Perbedaannya, peralatan fotografi menangkap gambar tunggal, sedangkan sinematografi
menangkap rangkaian gambar. Penyampaian ide pada fotografi memanfaatkan gambar
tunggal, sedangkan pada sinematografi memanfaatkan rangkaian gambar.
Jadi sinematografi adalah gabungan antara fotografi dengan teknik
perangkaian gambar atau dalam sinematografi disebut montase (montage).
Sinematografi sangat dekat dengan film dalam pengertian sebagai media penyimpan maupun sebagai genre seni. Film sebagai media penyimpan adalah pias (lembaran kecil) selluloid yakni sejenis bahan plastik tipis yang dilapisi zat peka cahaya. Benda inilah yang selalu digunakan sebagai media penyimpan di awal pertumbuhan sinematografi. Film sebagai genre seni adalah produk sinematografi.
- Anatomi kamera pada prinsipnya kamera dibagi menjadi tiga bagian:
- Lens
- Camera body
- Magazine/tape compartments
Lensa Pada prinsipnya lensa adalah
seperti mata kita atau mata kamera, untuk itu kebersihan dan kejernihannya
harus di jaga, karena lewat lensalah gambar/cahaya akan ditransmisikan ke film
atau pita atau digital. Dalam sinematografi kita mengenal ada tiga jenis lensa
yaitu:
1.
Lensa
Wide adalah lensa dengan sudut pengambilan yang luas
2.
Lensa
Normal adalah lensa yang secara prespektif dianggap mewakili mata manusia
dalam melihat dunia dan sekitarnya. Pada pembuatan film, lensa normal ini
adalah lensa 50mm.
3.
Lensa
Tele adalah lensa dengan sudut pengambilan sempit.
Ada lensa yang bisa mengambil sudut
pengambilan dari luas ke sempit, lensa seperti ini adalah merupakan lensa
dengan variable focal length atau pada umumnya disebut: Zoom lens. Kelemahan
dari lensa-lensa variable focal length adalah karena banyaknya elemen lensa di
dalamnya maka ada pencurian cahaya yang disebabkan oleh pembiasan cahaya pada
setiap elemen lensa tersebut.
Pada setiap lensa yang professional
maupun yang semi professional ada 3 buah ring yaitu yang pertama adalah
Focusing ring yang berfungsi untuk mengatur focus dalam sebuah shot. Kemudian
ada Focal length ring ( pada lensa zoom atau variable focal length ) focal
length adalah panjang pendeknya sebuah lensa atau secara tekhnis dikenal
sebagai jarak dari titik api lensa ke bidang datar atau film plane. Yang
terakhir adalah F.stop atau Diafragma ring yang berfungsi untuk mengatur
exposure sebuah shot.
Setiap lensa mempunyai cacat atau
kelemahan masing-masing karena sifat alamiahnya dan saat produksi, seperti
distorsi, aberasi, dan lain-lain. Kelemahan atau cacat lensa ini tidak selalu
dianggap buruk karena bisa kita gunakan untuk menguatkan efek dramatik yang ada
di dalam scenario. Seperti juga setiap lensa mempunyai daerah ketajamannya
masing-masing, daerah ketajaman ini disebut dengan Depth of Field disingkat
dengan DoF. Jadi depth of field adalah daerah ketajaman di mana subjek/objek
terlihat jelas atau tidak blur di kamera.
Depth of Field sendiri dipengaruhi oleh
beberapa faktor di antaranya:
1.
Jarak
dari kamera ke objek atau subjek
Jarak dari kamera ke objek atau subjek
akan mempengaruhi panjang atau pendeknya daerah ketajaman karena semakin dekat
objek atau subjek dengan kamera maka akan semakin pendek Depth of field-nya
karena setiap lensa hanya memiliki satu fokus poin saja.
2.
Besar
kecilnya bukaan diafragma
Besar
kecilnya diafragma juga mempengaruhi panjang pendeknya depth of field karena
semakin kecil diameter bukaan diafragma akan semakin panjang depth of field-nya
berarti semakin besar angka seperti 11 – 16 – 22 dsb akan semakin panjang depth
of fieldnya, sedangkan semakin lebar bukaan diameter diafragma akan semakin
pendek depth of fieldnya, berarti semakin kecil angka seperti 4 – 2,8 – 1,4 dan
sebagainya akan semakin pendek depth of field-nya. Diafragama adalah diameter
lingkaran aperture yang juga berfungsi untuk mengatur gelap atau terangnya
sebuah gambar.anjang pendeknya/Focal length sebuah lensa.
3.
Panjang
pendeknya/Focal length sebuah
lensa.
Semakin panjang sebuah lensa akan
mempengaruhi depth of field menjadi semakin pendek, sedangkan semakin pendek
sebuah lensa akan mempengaruhi depth of field menjadi panjang atau luas.
- Sudut kamera
Camera angle atau sudut penempatan
kamera juga memegang peranan yang sangat penting pada sinematografi.
Bagaimanapun juga sebuah film dibentuk oleh beberapa banyak shot yang
membutuhkan penempatan kamera di tempat yang terbaik bagi penonton untuk
mengikuti cerita dalam film. Penempatan angle yang baik tentu saja bisa
memperkuat dramatik sebuah film karena angle kamera ini adalah mata penonton
melihat informasi visual dan juga bisa berarti seberapa besar area yang kita
gunakan dalam sebuah shot. Penempatan sudut kamera akan memposisikan penonton
lebih dekat dengan action yang ada dalam film, misalnya dengan teknik close up
dan lain sebagainya.
Penempatan sudut kamera ini sangat
dipengaruhi beberapa faktor di antaranya analisis pada skenario, penggunaan
jenis lensa dan sebagainya. Memang lewat pengalaman panjang dan ketrampilan
penempatan kamera bisa di lakukan secara intuisif sifatnya. Akan tetapi jika
kita mempelajarinya tentu akan mempermudah kita dalam membuat sebuah shot.
Penempatan sudut kamera juga
berpengaruh pada kondisi psikologis penonton, contohnya adalah jika kita
menggunakan High Angle – kamera lebih tinggi dari garis axis kamera, maka
penonton akan diposisikan lebih tinggi dari subjek, hal ini yang membuat
penonton merasa subjek lebih kecil baik secara fisik atau lebih rendah
derajatnya dalam tatanan sosial. Pada film hal ini sering digunakan untuk
memperlihatkan pengemis, rakyat jelata dsb.
Sedangkan penggunaan Low Angle – Kamera
lebih rendah dari garis aksis kamera, maka penonton diposisikan lebih rendah
dari subjek, hal ini yang membuat penonton merasa subjek lebih tinggi secara fisik
atau lebih tinggi derajatnya dalam tatanan sosial. Hal seperti ini banyak kita
temukan di film untuk memperlihatkan raja, hakim, dan sebagainya.
Kemudian ada juga yang disebut dengan
Eye level – kamera sama tingginya dengan level subjek atau jika subjek
berdiri/duduk kamera berada pada aksis yang sama dengan posisi subjek. Bisa
dikatakan sebagai pandangan subjek ke subjek lain dalam sebuah potongan tapi
bukan Point of View.
Pada dasarnya kamera angle dibagi dalam
tiga jenis yaitu:
1.
Objektif
camera angle
2.
Subjektif
camera angle
3.
Point
of view
Sekian
dari artikel yang saya buat, semoga berguna^^ maaf jika kurang lengkap, dan
terimakasih jika sudah sempat membaca artikel saya :)
Komentar
Posting Komentar