ARTIKEL SEMINAR SINEMATOGRAFI

CERITA DALAM VISUAL SEMINAR SINEMATOGRAFI


Hallo! Assalamualaikum^^
   Sebelum nya saya ingin menjelaskan beberapa hal sedikit sebelum masuk ke tujuan dari artikel ini, nama saya Diana Alvisa jurusan Teknik Sipil’16 Universitas Gunadarma.  Dan ini merupakan tugas ke-3 saya dalam Mata Kuliah Etika Profesi & Komunikasi. Saya akan menceritakan tentang seminar yang saya ikuti dibulan kemarin. Maka dari itu saya minta maaf jika ada kata kata yang kurang berkenan atau kurang baik. Silahkan dibaca :)

Bismillahirrohmanirrohim.




   Pada Tanggal 16 April, Minggu, 2017 lalu, saya dan beberapa teman saya berniat untuk menghadiri sebuah seminar yang diadakan Universitas Mercu Buana di Jakarta. Seminar tersebut bertemakan tentang fotografi yang berjudul “Sinematografi” Seminar tersebut juga di hadiri Jujur Prananto (Screenwriter AADC 1 & Petualangan Sherina) dan pembicara oleh Benny Kadarhariarto (D.O.P & Admin DSLR Cinematography Indonesia). Sebenernya saya telat datang ke acara nya karena ada beberapa kendala hehe (tau lah anak mahasiswa kalo berangkat pagi suka ada mager nya :( kalo ga kita udah semangat, tapi ada  aja temen yang telat) jadi saya kurang tau materi dari awal yang di jelasin, karna saya masuk 30 menit setelah acara di mulai hehee.. yang kaya gini nih ga pantes di contoh. Oke kita langsung aja yuk ke materinya.

Suasana Seminar di dalam Aula Rektorat Univ. Mercu Buana

Peserta nya pun terdiri dari beberapa universitas lain karena seminar ini terbuka untuk umum
   Sebelumnya disini udah ada yang tau apa itu sinematografi? Sinematografi adalah kata serapan dari bahasa Inggris Cinematography yang berasal dari bahasa Latin kinema 'gambar'. Sinematografi sebagai ilmu terapan merupakan bidang ilmu yang membahas tentang teknik menangkap gambar dan menggabung-gabungkan gambar tersebut sehingga menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan ide (dapat mengemban cerita). Sinematografi memiliki objek yang sama dengan fotografi yakni menangkap pantulan cahaya yang mengenai benda. Karena objeknya sama maka peralatannyapun mirip. Perbedaannya, peralatan fotografi menangkap gambar tunggal, sedangkan sinematografi menangkap rangkaian gambar. Penyampaian ide pada fotografi memanfaatkan gambar tunggal, sedangkan pada sinematografi memanfaatkan rangkaian gambar. Jadi sinematografi adalah gabungan antara fotografi dengan teknik perangkaian gambar atau dalam sinematografi disebut montase (montage).

Sinematografi sangat dekat dengan film dalam pengertian sebagai media penyimpan maupun sebagai genre seni. Film sebagai media penyimpan adalah pias (lembaran kecil) selluloid yakni sejenis bahan plastik tipis yang dilapisi zat peka cahaya. Benda inilah yang selalu digunakan sebagai media penyimpan di awal pertumbuhan sinematografi. Film sebagai genre seni adalah produk sinematografi.


  •  Anatomi kamera pada prinsipnya kamera dibagi menjadi tiga bagian:
  1. Lens
  2. Camera body
  3. Magazine/tape compartments
Lensa Pada prinsipnya lensa adalah seperti mata kita atau mata kamera, untuk itu kebersihan dan kejernihannya harus di jaga, karena lewat lensalah gambar/cahaya akan ditransmisikan ke film atau pita atau digital. Dalam sinematografi kita mengenal ada tiga jenis lensa yaitu:

       1.      Lensa Wide adalah lensa dengan sudut pengambilan yang luas
       2.      Lensa Normal adalah lensa yang secara prespektif dianggap mewakili mata manusia dalam melihat dunia dan sekitarnya. Pada pembuatan film, lensa normal ini adalah lensa 50mm.
       3.      Lensa Tele adalah lensa dengan sudut pengambilan sempit.

Ada lensa yang bisa mengambil sudut pengambilan dari luas ke sempit, lensa seperti ini adalah merupakan lensa dengan variable focal length atau pada umumnya disebut: Zoom lens. Kelemahan dari lensa-lensa variable focal length adalah karena banyaknya elemen lensa di dalamnya maka ada pencurian cahaya yang disebabkan oleh pembiasan cahaya pada setiap elemen lensa tersebut.

Pada setiap lensa yang professional maupun yang semi professional ada 3 buah ring yaitu yang pertama adalah Focusing ring yang berfungsi untuk mengatur focus dalam sebuah shot. Kemudian ada Focal length ring ( pada lensa zoom atau variable focal length ) focal length adalah panjang pendeknya sebuah lensa atau secara tekhnis dikenal sebagai jarak dari titik api lensa ke bidang datar atau film plane. Yang terakhir adalah F.stop atau Diafragma ring yang berfungsi untuk mengatur exposure sebuah shot.

Setiap lensa mempunyai cacat atau kelemahan masing-masing karena sifat alamiahnya dan saat produksi, seperti distorsi, aberasi, dan lain-lain. Kelemahan atau cacat lensa ini tidak selalu dianggap buruk karena bisa kita gunakan untuk menguatkan efek dramatik yang ada di dalam scenario. Seperti juga setiap lensa mempunyai daerah ketajamannya masing-masing, daerah ketajaman ini disebut dengan Depth of Field disingkat dengan DoF. Jadi depth of field adalah daerah ketajaman di mana subjek/objek terlihat jelas atau tidak blur di kamera.

Depth of Field sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya:
1.      Jarak dari kamera ke objek atau subjek
Jarak dari kamera ke objek atau subjek akan mempengaruhi panjang atau pendeknya daerah ketajaman karena semakin dekat objek atau subjek dengan kamera maka akan semakin pendek Depth of field-nya karena setiap lensa hanya memiliki satu fokus poin saja.
2.      Besar kecilnya bukaan diafragma
Besar kecilnya diafragma juga mempengaruhi panjang pendeknya depth of field karena semakin kecil diameter bukaan diafragma akan semakin panjang depth of field-nya berarti semakin besar angka seperti 11 – 16 – 22 dsb akan semakin panjang depth of fieldnya, sedangkan semakin lebar bukaan diameter diafragma akan semakin pendek depth of fieldnya, berarti semakin kecil angka seperti 4 – 2,8 – 1,4 dan sebagainya akan semakin pendek depth of field-nya. Diafragama adalah diameter lingkaran aperture yang juga berfungsi untuk mengatur gelap atau terangnya sebuah gambar.anjang pendeknya/Focal length sebuah lensa.
3.      Panjang pendeknya/Focal length sebuah lensa.
Semakin panjang sebuah lensa akan mempengaruhi depth of field menjadi semakin pendek, sedangkan semakin pendek sebuah lensa akan mempengaruhi depth of field menjadi panjang atau luas.

  • Sudut kamera
Camera angle atau sudut penempatan kamera juga memegang peranan yang sangat penting pada sinematografi. Bagaimanapun juga sebuah film dibentuk oleh beberapa banyak shot yang membutuhkan penempatan kamera di tempat yang terbaik bagi penonton untuk mengikuti cerita dalam film. Penempatan angle yang baik tentu saja bisa memperkuat dramatik sebuah film karena angle kamera ini adalah mata penonton melihat informasi visual dan juga bisa berarti seberapa besar area yang kita gunakan dalam sebuah shot. Penempatan sudut kamera akan memposisikan penonton lebih dekat dengan action yang ada dalam film, misalnya dengan teknik close up dan lain sebagainya.

Penempatan sudut kamera ini sangat dipengaruhi beberapa faktor di antaranya analisis pada skenario, penggunaan jenis lensa dan sebagainya. Memang lewat pengalaman panjang dan ketrampilan penempatan kamera bisa di lakukan secara intuisif sifatnya. Akan tetapi jika kita mempelajarinya tentu akan mempermudah kita dalam membuat sebuah shot.

Penempatan sudut kamera juga berpengaruh pada kondisi psikologis penonton, contohnya adalah jika kita menggunakan High Angle – kamera lebih tinggi dari garis axis kamera, maka penonton akan diposisikan lebih tinggi dari subjek, hal ini yang membuat penonton merasa subjek lebih kecil baik secara fisik atau lebih rendah derajatnya dalam tatanan sosial. Pada film hal ini sering digunakan untuk memperlihatkan pengemis, rakyat jelata dsb. 

Sedangkan penggunaan Low Angle – Kamera lebih rendah dari garis aksis kamera, maka penonton diposisikan lebih rendah dari subjek, hal ini yang membuat penonton merasa subjek lebih tinggi secara fisik atau lebih tinggi derajatnya dalam tatanan sosial. Hal seperti ini banyak kita temukan di film untuk memperlihatkan raja, hakim, dan sebagainya. 

Kemudian ada juga yang disebut dengan Eye level – kamera sama tingginya dengan level subjek atau jika subjek berdiri/duduk kamera berada pada aksis yang sama dengan posisi subjek. Bisa dikatakan sebagai pandangan subjek ke subjek lain dalam sebuah potongan tapi bukan Point of View.


Pada dasarnya kamera angle dibagi dalam tiga jenis yaitu:
1.      Objektif camera angle
2.      Subjektif camera angle
3.      Point of view


Sekian dari artikel yang saya buat, semoga berguna^^ maaf jika kurang lengkap, dan terimakasih jika sudah sempat membaca artikel saya :)


*source: https://id.wikipedia.org/wiki/Sinematografi

Komentar

Postingan Populer