STRUKTUR PERENCANAAN JEMBATAN
SERBA SERBI TENTANG STRUKTUR PERENCANAAN JEMBATAN
Definisi Jembatan
Definisi Jembatan
Jika didefenisikan, Jembatan adalah suatu konstruksi
yang gunanya untuk meneruskan jalan melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain (jalan air atau jalan
lalulintas biasa). Dengan adanya jembatan transportasi darat yang terputus oleh
sungai, jurang, alur banjir (floodway) dapat teratasi.
Untuk memperlancar transportasi darat tidak lepas dari
pengaruh topografi dari masing – masing daerah, dimana akan mempengaruhi
terwujudnya sarana transportasi. Usaha pengadaan jalur – jalur lalu lintas yang
menghubungkan antar daerah belum tentu dapat dibuat jalur jalan secara menerus,
mungkin harus menyilang diatas jalur jalan yang lain atau harus melintasi
sungai. Untuk mengatasi problema lalu lintas tersebut diatas perlu dibuat
konstruksi jembatan guna menghubungkan antar jalur jalan. Dengan adanya
konstruksi jembatan, maka rintangan akibat pengaruh topografi/geografi dapat
diatasi
Pengertian umum Jembatan
Jembatan merupakan salah satu bentuk konstruksi yang
berfungsi meneruskan jalan melalui suatu rintangan. Seperti sungai, lembah dan
lain-lain sehingga lalu lintas jalan tidak terputus olehnya.
Dalam perencanaan konstruksi jembatan dikenal dua
bagian yang merupakan satu kesatuan yang utuh yakni :
a) Bangunan
Bawah ( Sub Struktur ) = Bangunan bawah terdiri dari pondasi, abutmen, pilar
jembatan dan lain-lain.
b) Bangunan
Atas ( Super Struktur ) = Bangunan atas terdiri dari lantai kendaraan, trotoar,
tiang-tiang
sandaran dan gelagar.
1. Syarat dan bentuk jembatan
Pemilihan bentuk jembatan sangat dipengaruhi oleh
kondisi dari lokasi jembatan tersebut. Pemilihan lokasi tergantung medan dari
suatu daerah dan tentunya disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat di daerah
dengan kata lain bentuk dari konstruksi jembatan harus layak dan
ekonomis.
Perencanaan konstruksi jembatan berkaitan dengan
letaknya. Oleh beberapa ahli menentukan syarat-syarat untuk acuan dari suatu perencanaan
jembatan sebagai berikut :
- Letaknya dipilih sedemikian rupa dari lebar pengaliran agar bentang bersih jembatan tidak terlalu panjang.
- Kondisi dan parameter tanah dari lapisan tanah dasar hendaknya memungkinkan perencanaan struktur pondasi lebih efesien.
- Penggerusan ( scow-ing ) pada penampang sungai hendaknya dapat diantisipasi sebelumnya dengan baik agar profil saluran di daerah jembatan dapat teratur dan panjang.
Dari syarat-syarat tersebut diatas telah dijelaskan
bahwa pemilihan penepatan jembatan merupakan salah satu dari rangkaian system
perencanaan konstruksi jembatan yang baik, namun demikian aspek–aspek yang lain
tetap menjadi bagian yang penting, misalnya saja system perhitungan konstruksi;
penggunaan struktur ataupun mengenai system nonteknik seperti obyektifitas
pelaksana dalam merealisasikan jembatan tersebut.
2. Peraturan-peraturan legal dalam perencanaan
Jembatan.
Perencanaan jembatan didasarkan pada peraturan peraturan
yang berlaku di Indonesia dan yang dikeluarkan oleh Dinas Pekerjaan Umum,
antara lain:
1. Pedoman Perencanaan Pembebanan
Jembatan Jalan Raya (PPPJJR) SKBI-1.3.28. 1987.
2. Bridge Management System (BMS
1992),
3. Panduan Perencanaan Teknik
Jembatan, 1992.
4. Peraturan Perencanaan Teknik
Jembatan RSNI T-02-2005.
5. Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa untuk Jembatan Jalan Raya SNI-03.28.33. 1992.
6. Peraturan
Pelaksanaan Pembangunan Jembatan No.04/ST/BM/1974.
7. RSNI T
12-2004 Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan
8. RSNI
T-02-2005 Standar pembebanan untuk jembatan
9. RSNI
T-03-2005 perencanaan struktur baja untuk jembatan
10. SNI
2451-2008 Spesifikasi pilar dan kepala jembatan sederhana bentang 5 m sampai
dengan 25 m dengan pondasi tiang pancang
11. SNI 2833-2008
Standar perencanaan tahan gempa untuk jembatan
12. SNI
6747-2002 Tata cara perencanaan teknis pondasi tiang untuk jembatan
13. SNI
1725-2016 Pembebanan Jembatan.
3. Bagian-bagian
Konstruksi dari Jembatan
Berikut
ditampilkan pada gambar dibawah ini contoh bagian-bagian jembatan yang
digunakan dalam jembatan rangka batang.
Elemen-elemen pada jembatan sesuai dengan BMS tahun 1993 dapat dikelompokan seperti berikut:
1. Bangunan Bawah
1.1 Pondasi
- Pondasi langsung
- Pondasi sumuran
- Tiang pancang
- Tiang bor
1.2 Kepala Jembatan/Pilar
- Balok pondasi (pile cap bawah)
- Pilar dinding/kolom
- Dinding penahan tanah (kepala jembatan)
- Balok kepala (pierhead)
- Penunjang/pengaku (bracing)
- Balok tiang (pile cap atas)
2. Bangunan Atas
2.1 Sistem gelagar, beton bertulang, beton prategang, baja komposit.
- Gelagar induk
- Gelagar melintang
- Diafragma (beton)
- Sambungan gelagar
- Pelat pengaku (stiffner)
- Pelat penguat (cover plate)
- Diafragma baja Horizontal
- Diafragma baja vertikal
- Sambungan diafragma
2.2 Rangka
- Batang tepi atas
- Batang tepi bawah
- Batang diagonal
- Batang vertikal (RBB, RBR)
- Ikatan angin horizontal atas
- Ikatan angin horizontal bawah
- Diafragma
- Gelagar melintang
- Sambungan/pelat buhul/pelat pengisi
- Baut/ las/ paku keling
- Batang tengah (CH)
- Pelat kopel
- Ikatan angin melintang
- Pengaku badang (stiffner)
Dan berikut
adalah gambar potongan secara melintang yang ditunjukan pada gambar di bawah
ini:
4. Bentuk dan Tipe Jembatan
Struktur jembatan mempunyai berbagai macam tipe, baik
dilihat dari bahan strukturnya maupun bentuk strukturnya. Masing-masing tipe
struktur jembatan cocok digunakan untuk kondisi yang berbeda sesuai
perkembangan, bentuk jembatan berubah dari yang sederhana menjadi yang sangat
komplek. (Satyarno, 2003) Secara garis besar terdapat Sembilan macam
perencanaan jenis jembatan yang dapat digunakan, yaitu :
1.
Jembatan balok (beam bridge)
Jembatan balok adalah jenis jembatan
yang paling sederhana yang dapat berupa balok dengan perletakan
sederhana (simple spens)
maupun dengan perletakan
menerus (continous spens). Jembatan balok terdiri dari struktur berupa
balok yang didukung padakedua ujungnya, baik langsung pada tanah/batuan atau
pada struktur vertikal yang disebut pilar atau pier. Jembatan balok tipe simple
spans biasa digunakan untuk jembatan dengan bentang antara 15 meter samapai 30
meter dimana untuk bentang yang kecil sekitar 15 meter menggunakan baja
(rolled-steel) atau beton bertulang dan bentang yang berkisar sekitar 30 meter
menggunakan beton prategang.
2. Jembatan kantilever (cantilever
bridges)
Jembatan kantilever adalah merupakan
pengembangan jembatan balok. Tipe jembatan kantilever ini ada dua macam yaitu
tipe cantilever dan tipe cantilever with suspended spans. Pada
jembatan kantilever, sebuah
pilar atau tower
dibuat masing-masing sisi bagian yang akan disebrangi dan jembatan
dibangun menyamping berupa kantilever dari masing-masing tower.
Pilar atau tower
ini mendukung seluruh
beban pada lengan kantilever. Selama pembuatan jembatan
kantilever sudah mendukung sendiri beban-beban yang bekerja. Jembatan kantilever biasanya dipilih apabila situasi atau keadaan tidak memungkinkan pengguna
scaffolding atau pendukung-pendukung sementara yang lain karena
sulitnya kondisi dilapangan. Jembatan kantilever dapat digunakan untuk jembatan
dengan bentang antara 400 m samapai 500 m. Umumnya konstruksi jembatan
kantilever berupa box girder dengan bahan beton presstress pracetak.
3. Jembatan lengkung (arch bridge)
Jembatan lengkung adalah suatu tipe
jembatan yang menggunakan prinsip kestabilan dimana gaya-gaya yang
bekerja di atas jembatan di
transformasikan ke bagian akhir lengkung atau abutment. Jembatan
lengkung dapat dibuat dari bahan batu, bata, kayu, besi cor, baja maupun beton
bertulang dan dapat digunakan untuk bentang yang kecil maupun bentang yang
besar. Jembatan lengkung tipe closed spandrel deck arch biasa digunakan untuk
bentang hanya sekitar 0.5 m sampai 2 m dan biasa disebut dengan gorong-gorong.
Untuk bentang besar jembatan lengkung dapat digunakan untuk bentang sampai 500
m.
4. Jembatan rangka (truss bridge)
Jembatan rangka dibuat dari struktur
rangka yang biasanya terbuat dari bahan baja dan dibuat dengan menyambung
beberapa batang dengan las atau baut yang membentuk pola-pola segitiga.
Jembatan rangka biasanya digunakan untuk bentang 20 m sampai 375m.
5. Jembatan gantung (suspension
bridge)
Jembatan gantung terdiri dari dua
kabel besar atau kabel utama yang menggantung dari dua pilar atau tiang utama
dimana ujung-ujung kabel tersebut diangkurkan pada fondasi yang biasanya
terbuat dari beton. Dek jembatan digantungkan pada kabel uatma dengan mengunakan
kabel-kabel yang lebih kecil ukurannya. Pilar atau tiang dapat terbuat dari beton
atau rangka baja. Struktur dek dapat terbuat dari beton atau rangka baja. Kabel
utama mendukung beban struktur jembatan dan mentransfer beban tersebut ke pilar
utama dan ke angkur.
Jembatan gantung merupakan
jenis jembatan yang
digunakan untuk betang-bentang
besar yaitu antara 500 m sampai 2000 m atau 2 km.
6. Jembatan kabel (cable stayed
bridge)
Jembatan kabel merupakan suatu
pengembangan dari jembatan gantung dimana terdapat juga dua
pilar atau tower.
Akan tetapi pada
jembatan kabel dek
jembatan langsung dihubungkan ke
tower dengan menggunakan
kabel-kabel yang membentuk
formasi diagonal. Kalau pada
jembatan gantung struktur
dek dapat terbuat
dari rangka baja maupun beton, pada jembatan kabel
umumnya deknya terbuat dari beton. Jembatan kabel ini juga
digunakan untuk bentang-betang besar
tetapi tidak sebesar
bentang pada jembatan gantung.
Besar bentang maksimum untuk jembatan kabel sekitar 500 m sampai 900 m.
7. Jembatan bergerak (movable
bridges)
Jembatan bergerak
biasanya dibuat pada
sungai dimana kapal
besar yang lewat memerlukan ketinggian yang cukup
tetapi pembuatan jembatan dengan pilar sangat tinggi dianggap tidak
ekonomis.
Ada tiga
macam tipe jembatan
bergerak yaitu:
a)jembatan terbuka (bascule
bridges),
b)jembatan terangkat vertikal
(verticalift bridges),
c)jembatan berputar (swing bridges).
Jembatan terbuka atau bascule
bridges biasanya digunakan untuk bentang yang tidak terlalu panjang
dengan bentang maksimum
100 m. Jembatan
terangkat vertikal atau vertical lift bridges biasanya
digunakan untuk bentang yang lebih panjang yaitu sekitar 175m, tetapi
jarak bersih yang
didapat tergantung dari
seberapa tinggi jembatan
dapat dinaikan. Pada umumnya ketinggian maksimum untuk mendapatkan jarak
bersih adalah sekitar 40 m. Jembatan berputar mempunyai keuntungan karena kapal
yang akan lewat tidak dibatasi ketinggiannya. Jembatan berputar dapat digunakan
dengan bentang sampai dengan 160 m.
8. Jembatan terapung (floating
bridges)
Jembatan terapung
dibuat dengan mengikatkan
dek jembatan pada
ponton-ponton sebagaimana dilihat pada gambar 2.39. Ponton-ponton ini
biasanya jumlahnya banyak sehingga jika salah satu ponton terjadi kebocoran
maka tidak begitu mempengaruhi atau membahayakan kestabilan jembatan apung
secara keseluruhan. Kemudian ponton yang terjadi kebocoran ini dapat
diperbaiki. Jembatan terapung pada mulanya banyak digunakan sebagai
jembatan sementara oleh militer. Akan tetapi kini jembatan terapung banyak digunakan
apabila kedalaman air yang akan dibuat jembatan cukup dalam dan kondisi tanah
dasar sangat jelek sehingga sangat sulit untuk membuat fondasi jembatan. Saat
ini ponton-ponton yang digunakan pada
jembatan terapung dapat dibuat dari beton dimana bentang total dapat mencapai
sebesar 2 km.
5. Beban
beban yang bekerja pada Perencaan Struktur Jembatan
Dalam perencanaan struktur jemabatan
secara umum, khususnya jembatan komposit, hal yang perlu sekali diperhatikan
adalah masalah pembebanan yang akan bekerja pada struktur jembatan yang dibuat.
Ada beberapa macam pembebanan yang bekerja pada struktur jembatan, yaitu:
1. Beban Primer
Beban primer merupakan beban utama
dalam perhitungan tegangan pada setiap perencanaan jembatan, yang terdiri dari:
beban mati, beban hidup, beban kejut dan gaya akibat tekanan tanah.
a. Beban mati
Beban mati adalah beban yang berasal
dari berat jembatan itu sendiri yang ditinjau dan termaksud segala unsur
tambahan tetap yang merupakan satu kesatuan dengan jembatan. Untuk menemukan
besar seluruhnya ditentukan berdasarkan berat volume beban.
b. Beban hidup
Beban hidup adalah semua beban yang
berasal dari berat kendaraan-kendaraan yang bergerak dan pejalan kaki yang
dianggap bekerja pada jembatan. Penggunaan beban hidup di atas jembatan yang
harus ditinjau dalam dua macam beban yaitu beban “T” yang merupakan beban
terpusat untuk lantai kendaraan dan beban “D” yang merupakan beban jalur untuk
gelagar.
c. Beban
kejutan/Sentuh
Beban kejut merupakan factor untuk
memperhitungkan pengaruh-pengaruh getaran dan pengaruh dinamis lainnya.
2. Beban
Sekunder
Beban sekunder adalah beban yang
merupakan beban sementara yang selalu diperhitungkan dalam penghitungan
tegangan pada setiap perencanaan jembatan.
a. Beban Angin
Dalam perencanaan jembatan rangka
batang, beban angin lateral diasumsikan terjadi pada dua bidang yaitu:
· Beban
angin pada rangka utama.
Beban angin ini dipikul oleh ikatan
angin atas dan ikatan angin bawah.
· Beban
angin pada bidang kendaraan
Beban angin ini dipikul oleh ikatan
angin bawah saja. Dalam perencanaan untuk jembatan terbuka, beban angin yang
terjadi dipikul semua oleh ikatan angin
bawah.
b. Gaya Akibat Perbedaan
Suhu
c. Gaya Rangkak
dan Susut
d. Gaya Rem dan Traksi
e. Gaya Akibat
Gempa Bumi
f. Gaya
Gesekan Pada Tumpuan Bergerak
3. Beban
Khusus
Beban khusus yaitu beban-beban yang
khususnya bekerja atau berpengaruh terhadap suatu struktur jembatan. Misalnya:
gaya sentirfugal, gaya gesekan pada tumpuan, beban selama pelaksanaan pekerjaan
struktur jembatan, gaya akibat tumbukan benda-benda yang hanyut dibawa oleh
aliran sungai.
a. Gaya
sentrifugal
b. Gaya Gesekan pada
Tumpuan
c. Gaya Tumbukkan
pada Jembatan Layang
d. Beban dan Gaya selama
pelaksanaan
e. Gaya Akibat
Aliran Air dan Benda-benda Hanyut
NAMA: DIANA ALVISA PUTRI
NPM: 11316975
KELAS: 3TA03
NAMA DOSEN: I KADEK BAGUS WIDANA PUTRA
https://www.gunadarma.ac.id
Komentar
Posting Komentar