Artikel Riset Operasi Metode Pemrograman
Linier
Nama:
Diana Alvisa
Kelas:
2TA03
NPM:
11316975
JURUSAN
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS
TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2018
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat
menyelesaikan penyusunan artikel yang berjudul “Riset Operasi Pada pemrograman
Linier”. Penulisan artikel ini adalah merupakan salah satu tugas dan
pembelajaran untuk kita semua dalam bahasan Riset Operasi.
Dalam penulisan artikel ini penulis merasa
masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknnis penulisan maupun materi,
mengingat akann kemampun yang dimilki penulis. Untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini. Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi
pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan
dapat tercapai.
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Istilah
Riset Operasional (Operation Reseach) pertama kali digunakan pada tahun 1940
oleh Mc Closky dan Trefthen di suatu kota kecil Bowdsey Inggris. Riset
Operasional adalah suatu metode pengambilan keputusan yang dikembangkan dari
studi operasional-operasional militer selama Perang Dunia II. Pada masa awal
perang 1939, pemimpin militer Inggris memanggil sekelompok ahli-ahli sipil dari
berbagai disiplin dan mengkoordinasi mereka ke dalam suatu kelompok yang
diserahi tugas mencari cara-cara yang efisien untuk menggunakan alat yang baru
ditemukan yang dinamakan radar dalam suatu sistem peringatan dini menghadapi
serangan udara. Kelompok ahli Inggris ini dan kelompok-kelompok lain berikutnya
melakukan penelitian (research) pada
operasional-operasional (operations)
militer.
Setelah kesuksesan tim riset operasional ini, militer Inggris dan
Amerika Serikat melanjutkan mengaktifkan tim riset operasional. Sebagai
hasilnya, tim riset operasional semakin banyak yang disebut dengan “peneliti
operasional militer” yang mengaplikasikan pendekatan riset operasional pada
permasalahan pertahanan nasional. Beberapa teknik yang mereka kembangkan
memasukkan ilmu politik, matematik, ekonomi, teori probabilitas dan statistik.
Setelah perang, keberhasilan kelompok-kelompok penelitian
operasional-operasional dibidang militer menarik perhatian para industriawan
dalam dunia usaha yang berkembang semakin kompleks. Perkembangan dunia usaha
ini sangat terlihat dengan jelas setelah revolusi industri. Industri semakin
kompleks, sumber daya yang dimiliki digunakan untuk berbagai kegiatan atau
aktivitas, organisasi industri semakin besar, dan semua itu sering menggunakan
sumber daya yang terbatas. Keterbatasan sumber daya menyebabkan kepentingan
masing-masing aktivitas atau bagian saling bentrok.
Melihat kesuksesan tim riset operasional pada militer, industri
secara bertahap mengaplikasi penggunaan riset operasional. Sejak tahun 1951,
riset operasional diaplikasikan di dunia industry dan bisnis di Inggris dan
juga di Amerika Serikat. Sejak itu riset operasional memberikan dampak besar
pada organisasi manajemen. Baik jumlah maupun variasi aplikasinya bertumbuh
sangat cepat.
Tujuan Riset Operasi
Tujuan dari Riset Operasi adalah menerapkan pendekatan
ilmiah guna memecahkan permasalah atau persoalan memikirkan serta
memcahkan/menganalisis permasalahan, mengambil langkah-langkah dan strategi
yang tepat serta target yang sesuai secara sistematis dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditentukan, yakni hasil yang memuaskan. Hasil yang memuaskan tersebut
adalah hasil yang optimal yang berarti dampak positipnya maksimum dan dampak
negatipnya minimum.
Tahapan-tahapan dalam Riset Operasi
- Merumuskan atau menganalisis persoalan sehingga jelas
tujuan yang akan dicapai (objective)
- Pembentukan model matematika untuk mencerminkan
persoalan yang akan dipecahkan. Biasanya model dinyatakan dalam bentuk
persamaan yang menggambarkan hubungan antara input dan output serta tujuan
yang akan dicapai dalam bentuk fungsi objektif (objective function)
- Mencari pemecahan dari model yang telah dibuat dalam
tahap sebelumnya, misalnya dengan menggunakan metode simpleks.
- Menguji model dan hasil pemecahan dari pengguna model,
sering juga disebut validasi.
Jenis-jenis persoalan yang telah dipecahkan dengan
menggunakan teknik RO
- Linear Programming
- Dynamic Programming
- Teori Antrian
- Teori Inventori, teori permainan, simulasi
- Network Planning
1. Linier Programming
Pengenalan Linier Programming
Linier Programming (LP) merupakan suatu model umum yang
dapat digunakan dalam pemecahan masalah pengalokasian sumber-sumber yang
terbatas secara optimal. Sumber-sumberyang dimaksud dapat berupa bahan baku,
peralatan dan mesin, ruang, waktu, dana dan orang. Semua ini dapat dipergunakan
untuk menghasilkan komoditi tertentu. Atau dengan kata lain LP adalah metode
atau teknik matematis yang digunakan untuk membantu manajer dalam pengambilan
keputusan. Pokok pikiran yang utama dalam menggunakan LP ialah merumuskan
masalah dengan jelas dengan menggunakan sejumlah informasi yang tersedia,
kemudian menerjemahkan masalah ini kedalam bentuk model matematika guna
menggunakan jawaban terhadap masalah yang dihadapi.
Linier Programming memiliki empat
ciri khusus, yaitu :
1. Penyelesaian masalah mengarah pada
pencapaian tujuan maksimisasi atau minimisasi.
2. Kendala yang ada membatasi tingkat
pencapaian tujuan
3. Ada beberapa alternatif penyelesaian
4. Hubungan matematis bersifat linier
Untuk membentuk suatu model linear
programming perlu diterapkan asumsi-asumsi dasar, yaitu:
1. Linearity
Fungsi obyektif
dan kendala haruslah merupakan fungsi linier dan variabel keputusan. Hal ini
akan mengakibatkan fungsi bersifat proporsional dan additif, misalnya untuk
memproduksi 1 kursi dibutuhkan waktu 5 jam, maka untuk memproduksi 2 kursi
dibutuhkan waktu 10 jam.
2. Divisibility
Nilai variabel
keputusan dapat berupa bilangan pecahan. Apabila diinginkan solusi berupa
bilangan bulat (integer), aka harus digunakan metoda untuk integer programming.
3. Non negativity variable
Nilai variabel
keputusan haruslah tidak negatif ( ³ 0)
4. Certainty
Semua konstanta
(parameter) diasumsikan mempunyai nilai yang pasti. Bila nilai-nilai
parameternya probabilistik, maka harus digunakan formulasi pemrograman masalah
stokastik.
Pada umumnya persoalan-persoalan
yang dipecahkan dalam linier programming, yaitu :
a. Allocation Problem
Ini merupakan
pemecahan dalam alokasi bahan-bahan / barang dalam produksi
b. Blending Problem
Ini merupakan
cara pemecahan persoalan dari berbagai bahan campuran yang masing-masing unit
dipecahkan dan digabung (blending) untuk menghasilkan output.
c. Persoalan Transportasi
Ini merupakan
pemecahan persoalan yang menyangkut adanya unit/barang/pasokan dan lain-lain
pada beberapa tempat yang akan dipindahkan ke beberapa tempat lainnya.
d. Persoalan Personil
Ini merupakan
penempatan personil sesuai dengan jabatan/tempatnya (assigment problem).
LP : METODE GRAFIK
Metode grafik
hanya bisa digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dimana hanya terdapat dua
variabel keputusan. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, langkah pertama
yang harus dilakukan adalah memformulasikan permasalahan yang ada ke dalam
bentuk Linear Programming (LP). Berikut adalah contoh salah satu study kasus
yang menggunakan pengaplikasian program linier pada bidang teknik sipil.
OPTIMASI
ANGGARAN PROYEK KONSTRUKSI DENGAN LINIER PROGRAMMING STUDI KASUS: PILAR PANCA
GROUP
METODE PENELITIAN
Penelitian ini direncanakan melalui
beberapa tahapan, yaitu:
a. Studi Pendahuluan; dilakukan
dengan observasi secara langsung pada perusahaan Pilar Panca Group di Pasuruan.
Hasil wawancara ini akan menghasilkan identifikasi permasalahan yang terjadi
pada perusahaan.
b. Tinjauan Pustaka; berupa studi
pustaka perihal definisi proyek, kontrak, termijn pembayaran dan linear
programing. Studi pustaka dilakukan dengan cara melalui bacaan literatur,
referensi buku teks, dan sumber pustaka lainnya seperti website yang berkaitan
dengan permasalahan yang dibahas.
c. Analisis; dilakukan melalui
proses: (1) penghitungan proyeksi cashflow untuk masing-masing proyek
berdasarkan data time schedule proyek yang telah didapat; (2)
pembuatan diagram cashflow proyek; (3) penentuan variabel yang dapat
diilustrasikan bahwa sebuah perusahaan konstruksi akan mengerjakan beberapa
proyek konstruksi dalam periode 1 tahun; serta (3) running program atau
analisis model dengan teknik pemrograman linear yang menggunakan teknik
pemrograman linear dengan software winqsb.
d. Pembahasan; berisi perbandingan
proyek secara single project dan multi project, serta analisis
model yang berisi kelayakan pendanaan proyek, kebutuhan dana tambahan, tujuan
maksimum, surplus dana dan keuntungan yang didapat
e. Kesimpulan dan Saran.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisa Data Proyek I
Berdasarkan alur uang masuk dan
uang keluar perusahaan untuk proyek I, maka diperoleh perhitungan variabel “P”
(nilai kelayakan) sebagai berikut:
Tabel
1.
Variabel
“P1” untuk Proyek I (juta rupiah)
Bulan
|
Maret
|
April
|
Mei
|
Juni
|
Juli
|
Agus
|
Cash-in
|
316
|
541
|
||||
Cash-Out
|
44
|
90
|
205
|
343
|
||
P1
|
-44
|
-90
|
111
|
198
|
||
Bulan
|
Sept
|
Okt
|
Nov
|
Des
|
Jan
|
Feb
|
Cash-In
|
45
|
|||||
Cash-Out
|
||||||
P1
|
45
|
Selanjutnya adalah membuat model
matematis proyek dan running software untuk Proyek I. Dari hasil
pemrograman linear untuk model Proyek I didapat hasil antara lain:
1. Nilai P1=1, dimana menunjukkan
bahwa kemampuan perusahaan (rekanan) untuk menangani proyek tersebut adalah
sebesar 100% atau dapat menyelesaikan pekerjaan tanpa tambahan dana.
2. Dana sebesar Rp 134juta (D1)
hanya dibutuhkan di bulan pertama saja (Maret).
3. Objective Function Max pada
bulan Desember 2012 sebesar Rp. 354juta yang berarti keuntungan perusahaan
adalah: Rp 354juta- (D1) = Rp 220juta (22,17% dari nilai proyek)
4. BEP tercapai diantara bulan Mei
dan Juni, yaitu pada saat nilai S3-S4 sebesar Rp 111~309juta telah memenuhi
kebutuhan modal dana D1 sebesar Rp 134juta.
Gambar 1.
Grafik Cashflow Proyek
I
Analisa
Data Proyek II
Berdasarkan alur
uang masuk dan uang keluar perusahaan untuk proyek II, maka diperoleh
perhitungan variabel “P” (nilai kelayakan) sebagai berikut:
Tabel 2.
Variabel “P2” untuk Proyek II (juta rupiah)
Bulan
|
Maret
|
April
|
Mei
|
Juni
|
Juli
|
Agus
|
Cash-in
|
174
|
299
|
||||
Cash-Out
|
11
|
90
|
154
|
30
|
15
|
|
P2
|
-11
|
-9
|
-154
|
-30
|
284
|
|
Bulan
|
Sept
|
Okt
|
Nov
|
Des
|
Jan
|
Feb
|
Cash-In
|
45
|
25
|
||||
Cash-Out
|
||||||
P2
|
45
|
25
|
Selanjutnya
adalah membuat model matematis proyek running software untuk Proyek II.
Dari hasil pemrograman linear untuk model Proyek II didapat hasil antara
lain:
1. Nilai P2=1,
dimana menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan (rekanan) untuk menangani proyek
tersebut adalah sebesar 100% atau dapat menyelesaikan pekerjaan tanpa tambahan
dana.
2. Dana sebesar
Rp 150juta (D1) dibutuhkan di bulan pertama saja (Maret) dan pada bulan kedua
(April) hanya dibutuhkan dana Rp 36juta (D2).
3. Objective
Function Max pada bulan Januari 2013 sebesar Rp.309 juta yang berarti
keuntungan perusahaan adalah Rp 309juta-(D1+D2) = Rp 123juta (22,45% dari nilai
proyek)
4. BEP tercapai
di antara bulan Juni dan Juli, yaitu pada saat nilai S4-S5 sebesar 0~284juta
telah memenuhi kebutuhan modal dana D1+D2 sebesar Rp 186juta.
Gambar 2.
Grafik Cashflow Proyek II
Analisa
Data Proyek III
Berdasarkan alur
uang masuk dan uang keluar perusahaan untuk proyek III, maka diperoleh
perhitungan variabel “P” (nilai kelayakan) sebagai berikut:
Tabel 3.
Variabel “P3” untuk Proyek III (juta rupiah)
Bulan
|
Maret
|
April
|
Mei
|
Juni
|
Juli
|
Agus
|
Cash-in
|
635
|
735
|
120
|
|||
Cash-Out
|
485
|
552
|
149
|
|||
P3
|
-485
|
83
|
586
|
120
|
||
Bulan
|
Sept
|
Okt
|
Nov
|
Des
|
Jan
|
Feb
|
Cash-In
|
78
|
|||||
Cash-Out
|
||||||
P3
|
78
|
Selanjutnya
adalah membuat model matematis proyek running software untuk Proyek III.
Dari hasil pemrograman linear untuk model Proyek III ternyata untuk dana
maksimum sebesar Rp. 150juta setiap bulan didapat hasil nilai P3=0,31,
yang menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk menangani proyek
tersebut adalah sebesar 31% atau tidak dapat menyelesaikan pekerjaan
tanpa tambahan dana. Berdasarkan hasil analisa sensitivitas Proyek III,
didapat data nilai Min. RHS pada bulan April sebesar -335juta, dimana
menunjukkan bahwa kekurangan dana pada bulan tersebut
adalah sebesar Rp. 335juta (variabel “B2”). Untuk itu, dilakukan revisi
pemograman linier, sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Nilai P3=1,
dimana menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan (rekanan) untuk menangani proyek
tersebut adalah sebesar 100%.
2. Dana sendiri
sebesar Rp. 150juta tiap bulan dibutuhkan di bulan April.
3. Pada bulan
April dibutuhkan tambahan dana pinjaman Rp 335juta (B2).
4. Objective
Function Max pada bulan Januari 2013 sebesar Rp.867 juta yang berarti
keuntungan kotor perusahaan adalah Rp.867 juta-(D2+B2) = Rp. 382juta (22,13%
dari nilai proyek).
5. Dengan
memperhatikan besar bunga bank 15% per tahun, maka keuntungan bersih perusahaan
adalah:
= Rp
867juta-(D2)-(B2x115%)
= Rp 867juta-Rp
150juta-Rp 385,25juta
= Rp 331,75juta
(19,22% dari nilai proyek)
6. BEP tercapai
di antara bulan Mei dan Juni, yaitu pada saat nilai S3- S4 sebesar 83~669juta
telah memenuhi kebutuhan modal dana D2+B2 sebesar Rp.485juta.
Gambar 3.
Grafik Cashflow Proyek III
Analisa
Data Proyek IV
Berdasarkan alur
uang masuk dan uang keluar perusahaan untuk proyek IV, maka diperoleh
perhitungan variabel “P” (nilai kelayakan) sebagai berikut:
Tabel 4.
Variabel “P4” untuk Proyek IV (juta rupiah)
Bulan
|
Maret
|
April
|
Mei
|
Juni
|
Juli
|
Agus
|
Cash-in
|
3
|
207
|
||||
Cash-Out
|
4
|
163
|
||||
P4
|
-4
|
-160
|
207
|
|||
Bulan
|
Sept
|
Okt
|
Nov
|
Des
|
Jan
|
Feb
|
Cash-In
|
11
|
|||||
Cash-Out
|
||||||
P4
|
11
|
Selanjutnya
adalah membuat model matematis proyek running software untuk Proyek IV.
Dari hasil pemrograman linear untuk model Proyek IV didapat hasil antara
lain:
1. Nilai P4=1,
dimana menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan (rekanan) untuk menangani proyek
tersebut adalah sebesar 100% atau dapat menyelesaikan pekerjaan tanpa tambahan
dana.
2. Dana sebesar
Rp 150juta (D3) dibutuhkan di bulan Mei dan pada bulan kedua Juni hanya
dibutuhkan dana Rp 14juta (D4).
3. Objective
Function Max pada bulan Januari 2013 sebesar Rp.218 juta yang berarti
keuntungan perusahaan adalah Rp 218juta-(D3+D4) = Rp 54juta (22,17% dari nilai
proyek)
4. BEP tercapai
di antara bulan Juni dan Juli, yaitu pada saat nilai S4-S5 sebesar 0~207juta
telah memenuhi kebutuhan modal dana D3+D4 sebesar Rp 164juta.
Gambar 4.
Grafik Cashflow Proyek IV
Analisa Data Multi
Proyek
Dari hasil analisa data proyek I,
II, III dan IV di atas, apabila perusahaan menginginkan mengerjakan keempat
proyek tersebut secara bersamaan, maka setelah melalui permodelan matematis
gabungan, running software, dan pemrograman linier, didapatkan hasil
sebagai berikut:
1. Nilai P1, P2, P3 dan P4 = 1,
dimana menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk menangani proyek tersebut
adalah sebesar 100%.
2. Dana sendiri sebesar Rp 150juta
tiap bulan dibutuhkan di bulan Maret dan April.
3. Pada bulan April dibutuhkan
tambahan dana pinjaman Rp 321juta (B2).
4. Objective Function Max pada
bulan Januari 2013 sebesar Rp 1.400juta yang berarti keuntungan kotor perusahaan
adalah Rp1.400juta-(D1+D2+B2) = Rp. 779juta (22,19% dari nilai total proyek I,
II, III dan IV)
5. Dengan memperhatikan besar bunga
bank 15% per tahun, maka keuntungan bersih perusahaan adalah:
= Rp 1.400juta - (D1+D2+D3) - (B2 x
115%)
= Rp 1.400juta - Rp. 300juta - Rp.
369,15juta
= Rp 730,85juta (20,82% dari nilai
total proyek I, II, III dan IV)
6. BEP tercapai di antara bulan Mei
dan Juni, yaitu pada saat nilai S3- S4 sebesar 36~630juta telah memenuhi
kebutuhan modal dana D1+D2+B2 sebesar Rp 621juta.
Gambar 5.
Grafik Cashflow Multi Proyek
KESIMPULAN
DAN SARAN
Dari
uraian hasil dan analisa yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan
dalam penelitian ini, antara lain:
1.
Dengan menggunakan metode pemrograman linear dapat dianalisa kemampuan
perusahaan dalam mengerjakan proyek, yaitu:
a.
Kemampuan perusahaan untuk mengerjakan Proyek I (single project) adalah
sebesar 100% atau dapat menyelesaikan pekerjaan tanpa tambahan dana.
Demikian pula hal tersebut terhadap Proyek II dan IV (single
project).
b.
Kemampuan perusahaan untuk mengerjakan Proyek III (single project) hanya
sebesar 31% atau tidak dapat menyelesaikan pekerjaan tanpa tambahan dana.
c.
Kemampuan perusahaan apabila mengerjakan keempat proyek secara bersamaan (multi
project) mengalami kendala pada Proyek III, dimana kemampuan perusahaan
untuk mengerjakan
proyek
hanya sebesar 31% atau tidak dapat menyelesaikan pekerjaan tanpa tambahan dana.
2.
Analisa perencanaan pendanaan dan keuntungan yang optimal untuk keempat proyek
yang menjadi obyek penelitian didapatkan hasil optimasi sebagai berikut:
a.
Untuk Proyek I keuntungan perusahaan adalah Rp 220juta (22,17% dari nilai
proyek).
b.
Untuk Proyek II keuntungan perusahaan adalah Rp 123juta (22,45% dari nilai
proyek).
c.
Untuk Proyek III keuntungan kotor perusahaan adalah Rp 382juta (22,13% dari
nilai proyek). Dengan memperhatikan bunga bank 15% per tahun, maka keuntungan
bersih perusahaan adalah Rp 331,75juta (19,22% dari nilai proyek).
d.
Untuk Proyek IV keuntungan perusahaan adalah Rp 54juta (22,17% dari nilai
proyek).
e.
Untuk multi project keuntungan kotor perusahaan adalah Rp 779juta
(22,19% dari nilai total proyek I, II, III dan IV). Dengan memperhatikan besar
bunga bank 15% per tahun, maka keuntungan bersih perusahaan adalah Rp.
730,85juta (20,82% dari nilai total proyek I, II, III dan IV).
Beberapa
saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya antara lain:
1.
Obyek penelitian selanjutnya dapat mengambil jenis proyek konstruksi yang
memiliki jenis kontrak selain lump-sum. Dapat dilakukan terhadap kontrak
unit price, turnkey, atau penggabungan dari jenis kontrak lump-sum,
unit price, dan turnkey.
2.
Penelitian selanjutnya dapat dilakukan terhadap proyek konstruksi yang memiliki
jangka waktu kontrak yang lebih panjang (lebih dari satu tahun).
3.
Penelitian selanjutnya dapat dikembangkan dengan cara melakukan analisa
keuangan perusahaan dalam satu periode anggaran perusahaan.
4.
Penelitian selanjutnya dapat dikembangkan pula dengan menambahkan optimasi
terhadap waktu dan mutu proyek.
DAFTAR
PUSTAKA
http://galuh-siliwangi.blogspot.co.id/2014/01/makalah-riset-operasional.html
Hinze,
Jimmie W. 1997. Construction Safety. Columbus Ohio: Prentice Hall Inc.
Keputusan
Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan
Barang / Jasa Pemerintah : Beserta Penjelasannya. Surabaya:
Karina.
Kistiani,
Frida. 2010. Optimasi Pendanaan Proyek Dengan Teknik Pemrograman
Linier
(Studi Kasus: Proyek-proyek dengan Kontrak Unit Price). Semarang:
Universitas
Diponegoro.
Mawdesley,
Michael. 1997. Planning and Controlling Construction Projects The Best
Laid
Plans. British: Addison Wesley Longman.
Mulyono,
Sri. 1999. Operations Research. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Jakarta:
Universitas Indonesia.
Muzayanah,
Yannu. 2008. Pemodelan Proporsi Sumber Daya Proyek Konstruksi.
Semarang:
Universitas Diponegoro.
Nisendi
B, Anwar. 2000. Linear Programming. Jakarta: Gramedia.
Partono,
Windu. 2007. Evaluasi Kelayakan Pendanaan Proyek dengan Teknik
Pemrograman
Linier. Jurnal Teknik (ISSN: 1978-1697) Vol. 28 hal 1-8
Komentar
Posting Komentar