Pengertian Leadership dan Empat Gaya Kepemimpinan
LEADERSHIP(KEPEMIMPINAN)
1.
Pengertian
Kepemimpinan sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat atau
jabatan seseorang. Kepemimpinan adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan
merupakan buah dari keputusan seseorang untuk mau mejadi seorang pemimpin, baik
bagi dirinya sendiri, bagi keluarganya, bagi lingkungan pekerjaannya, maupun bagi
lingkungan sosial dan bahkan bagi negerinya. Kepemimpinan adalah sebuah
keputusan yang merupakan hasil proses perubahan karakter atau transformasi
internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar,
melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan dalam diri seseorang.
Ketika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika
terjadi kedamaian dalam diri (inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang
kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada
lingkungannya, dan ketika keberadaanya mendorong perubahan dalam organisasinya,
pada saat itulah seseorang lahir menjadi pemimpin sejati.
“I don’t think you have to be wearing stars
on your shoulders or a title to be a leader. Anybody who wants to raise his
hand can be a leader any time.” – General Ronal Fogleman, US Air Force
Jadi pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang
diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam
diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the
inside out). Seringkali seseorang pemimpin sejati tidak dikenal atau dihargai
keberadaanya oleh mereka yang dipimpinnya. Bahkan ketika misi atau tugas
terselesaikan, maka seluruh anggota tim akan mengatakan bahwa merekalah yang
melakukannya sendiri.
“Pemimpin bukan BOSS” Konsep pemikiran seperti ini
adalah sesuatu yang baru dan mungkin tidak bisa diterima oleh para pemimpin
konvensional yang justru mengharapkan penghormatan dan pujian (honor and
praise) dari mereka yang dipimpinnya. Semakin dipuji atau dikultuskan, seorang
pemimpin akan semakin tinggi hati dan lupa diri. Justru kepemimpinan sejati
adalah kepemimpinan yang didasarkan pada kerendahan hati (humble). Pelajaran
mengenai kerendahan hati dapat kita peroleh dari kisah hidup Nelson Mandela.
Seorang pemimpin besar afrika selatan, yang membawa bangsanya dari negara
rasialis, menjadi negara yang demokratis dan merdeka.
Seperti yang dikatakan oleh penulis buku terkenal, Kenneth
Blanchard, bahwa “kepemimpinan dimulai dari dalam hati dan keluar untuk
melayani mereka yang dipimpinnya”. Perubahan karakter adalah segala-galanya
bagi seorang pemimpin sejati. Tanpa perubahan dari dalam, tanpa kedamaian diri,
tanpa kerendahan hati, tanpa adanya integritas yang kokoh, daya tahan
menghadapi kesulitan dan tantangan, dan visi serta misi yang jelas, seseorang
tidak akan pernah menjadi pemimpin sejati. Kita hidup dalam dunia yang serba
berubah – politik, ekonomi yang selalu berubah dengan begitu cepat dan terus
berlangsung. Oleh sebab itu kesuksesan kita akan selalu bergantung pada
kemampuan serta tekad untuk mengembangkan sebuah pemahaman yang menyangkut
bagaimana kita menghadapi dan berinisiatif dengan perubahan itu.
“The only way that I can keep leading is to
keep growing. The day I stop growing, somebody else takes the leadership baton.
That is way it always it.” – Jhon Maxwell –
(Satu-satunya
cara agar saya tetap menjadi pemimpin adalah saya harus senantiasa berkembang.
Ketika saya berhenti berkembang, orang lain akan mengambil alih kepemimpinan
tersebut)
Dalam
menghadapi tantangan yang ada, maka yang diperlukan oleh setiap orang adalah
sebuah landasan mental yang positif:
- terhadap orang lain;
- terhadap perubahan, dan
- terhadap masa depan.
Dua
hal yang perlu untuk kesuksesan kita adalah: sikap positif dan tekad untuk
selalu balajar!
“belajar
adalah sama dengan mendayung melawan arus: Ketika anda berhenti mendayung, anda
mulai begerak mundur”– Anonymous –
(Dikutip
dan disari dari ulasan tentang “Kepemimpinan Sejati” oleh Aribowo Prijosaksono)
2. Empat Gaya Kepemimpinan (Leadership Styles)
2. Empat Gaya Kepemimpinan (Leadership Styles)
Tingkat kesiapan/kematangan individu atau kelompok yang berbeda menuntut
gaya kepemimpinan yang berbeda pula. Hersey dan Blanchard memilah gaya
kepemimpinan dalam perilaku kerja dan perilaku hubungan yang harus diterapkan
terhadap pengikut dengan derajat kesiapan/kematangan tertentu.
Perilaku Kerja meliputi penggunaan komunikasi satu-arah, pendiktean
tugas, dan pemberitahuan pada pengikut seputar hal apa saja yang harus mereka
lakukan, kapan, dan bagaimana melakukannya. Pemimpin yang efektif menggunakan
tingkat perilaku kerja yang tinggi di sejumlah situasi dan hanya sekedarnya di
situasi lain.
Perilaku hubungan meliputi penggunaan komunikasi dua-arah, mendengar,
memotivasi, melibatkan pengikut dalam proses pengambilan keputusan, serta
memberikan dukungan emosional pada mereka. Perilaku hubungan juga diberlakukan
secara berbeda di aneka situasi.
Kategori
dari keseluruhan gaya kepemimpinan diatas diidentifikasi mereka dalam 4 notasi
yaitu S1 sampai S4 yang merupakan kombinasi dari dua perilaku diatas:
S1: Telling (Pemberitahu)
— Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut rendah (R1). Ini
menekankan perilaku tugas tinggi dan perilaku hubungan yang terbatas. Gaya
kepemimpinan telling (kadang-kadang disebut directing) adalah
karakteristik gaya kepemimpinan dengan komunikasi satu arah. Pemimpin
memberitahu individu atau kelompok soal apa, bagaimana, mengapa, kapan dan
dimana sebuah pekerjaan dilaksanakan. Pemimpin selalu memberikan instruksi yang
jelas, arahan yang rinci, serta mengawasi pekerjaan secara langsung.
S2: Selling (Penjual)
— Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut moderat (R2). Ini
menekankan pada jumlah tugas dan perilaku hubungan yang tinggi. Pada tahapan
gaya kepemimpinan ini seorang pemimpin masih memberi arahan namun ia
menggunakan komunikasi dua arah dan memberi dukungan secara emosional terhadap
individu atau kelompok guna memotivasi dan rasa percaya diri pengikut. Gaya ini
muncul kala kompetensi individu atau kelompok meningkat, sehingga pemimpin
perlu terus menyediakan sikap membimbing akibat individu atau kelompok belum
siap mengambil tanggung jawab penuh atas proses dalam pekerjaan.
S3: Participating (Partisipatif)
— Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut tinggi dengan motivasi moderat
(R3). Ini menekankan pada jumlah tinggi perilaku hubungan tetapi jumlah
perilaku tugas rendah. Gaya kepemimpinan pada tahap ini mendorong individu atau
kelompok untuk saling berbagi gagasan dan sekaligus memfasilitasi pekerjaan
dengan semangat yang mereka tunjukkan. Gaya ini muncul tatkala pengikut merasa
percaya diri dalam melakukan pekerjaannya sehingga pemimpin tidak lagi terlalu
bersikap sebagai pengarah. Pemimpin tetap memelihara komunikasi terbuka, tetapi
kini melakukannya dengan cenderung untuk lebih menjadi pendengar yang baik
serta siap membantu pengikutnya. Tugas seorang pemimpin adalah memelihara
kualitas hubungan antar individu atau kelompok.
S4: Delegating (Pendelegasian)
— Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut tinggi (R4). Ini
menekankan pada kedua sisi yaitu tingginya perilaku kerja dan perilaku hubungan
dimana gaya kepemimpinan pada tahap ini cenderung mengalihkan tanggung jawab
atas proses pembuatan keputusan dan pelaksanaannya. Gaya ini muncul tatkala
individu atau kelompok berada pada level kompetensi yang tinggi sehubungan
dengan pekerjaannya. Gaya ini efektif karena pengikut dianggap telah kompeten
dan termotivasi penuh untuk mengambil tanggung jawab atas pekerjaannya. Tugas
seorang pemimpin hanyalah memonitor berlangsungnya sebuah pekerjaan.
Dari keempat notasi diatas,
tidak ada yang bisa disebut teroptimal setiap saat bagi seorang pemimpin.
Pemimpin yang efektif butuh fleksibitas, dan harus beradaptasi di setiap
situasi. Prinsip “One Size Fits All” tidak berlaku dalam gaya
kepemimpinan, terutama menghadapi tingkat kesiapan bawahan yang berbeda.
Komentar
Posting Komentar